watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Self service

Aku hidup sendirian, dengan cara yang jauh lebih
sederhana daripada ketika masih bersama orang
tuaku. Sebagian besar gajiku habis untuk makan
sehari-hari dan membeli pakaian. Sewaktu masih
tinggal bersama keluarga, aku tidak begitu peduli
dengan pakaian, sehingga tak banyak membelinya.
Kini, setelah bekerja, aku memerlukan pakaian-
pakaian yang sesuai. Selain itu, aku juga mulai
menata masa depan: aku sekolah lagi, kursus
bahasa Inggris. Setiap akhir bulan, hanya sedikit
yang bisa kusisakan untuk menambah tabungan.
Paviliun tempat tinggalku tertata apik. Ada satu
kamar tidur, dapur kecil, kamar mandi dan ruang
tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian pada
bulan-bulan pertama. Tetapi entah kenapa, aku
menyukai kesendirian itu. Terlebih lagi, baru kali ini
aku merasa mengurus diriku sendiri, setelah sejak
lahir diurus orang lain. Bahkan semasa remaja
sampai menikah pun hidupku selalu diintervensi
orang lain. Kini aku bebas, dan ternyata melegakan!
Kehidupan seks-ku kini muncul kembali, setelah
lama tak tersentuh. Aku tidak mempunyai teman
khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan seks
kupenuhi secara mandiri. Betul-betul lengkap
rasanya kesendirianku, tak ada suami pemberi
nafkah, tak ada laki-laki pemuas dahaga birahi.
Semuanya kujalankan sendiri saja.
Jika birahiku datang, pada saat sendirian menonton
televisi, aku akan menutup semua korden. Volume
TV kubesarkan, lampu kumatikan. Duduk di sofa,
kuangkat kedua kakiku, bersandar santai ke jok yang
empuk. Di dalam rumah, aku tak pernah memakai
pakaian dalam, dan daster longgar adalah satu-
satunya pembalut tubuhku. Dengan kaki
terkangkang dan mata setengah terpejam, aku
menikmati tangan dan jariku sendiri.
Aku biasanya mulai dengan mengelus-elus daerah
sekitar kewanitaanku yang terasa hangat. Telapak
tanganku dengan ringan menekan-nekan bagian
atas, tempat bulu-bulu halus yang menghitam lebat.
Pada saat seperti itu, kedua tanganku aktif di bawah
sana. Yang satu mengusap-usap bagian atas, yang
lain meraba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan
menyentuh-nyentuh bagian dalam yang cepat sekali
menjadi basah. Dengan pangkal ibu jari, kutekan-
tekan pula klitoris-ku, yang selalu tersembunyi di
balik kulit kenyal. Aku sering mendesis nikmat setiap
kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan
akibat perlakuan tanganku. Dengan cepat, rasa
hangat menyebar ke seluruh tubuhku, dan cairan-
cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke liang
kewanitaanku.
Mataku akan terpejam, menikmati kegelian itu.
Kadang-kadang aku membayangkan almarhum
kekasihku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit
rasanya. Aku lebih mudah membayangkan
sembarang pria, atau bintang film pujaanku, atau
sama sekali seorang yang tak pernah kutemui.
Seseorang yang hanya ada dalam khayalanku.
Tak berapa lama, bibir kewanitaanku terasa
menebal, dan saling menguak seperti bunga yang
merekah. Dengan jari tengah dari tangan yang lain,
kutelusuri celah-celah kewanitaanku. Aku tidak
pernah memelihara kuku hingga panjang, karena
selain menghalangiku mengetik dengan cepat, juga
karena aku malas merawatnya. Tanpa kuku, jari
tengahku dapat leluasa menimbulkan geli dan gatal
di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati
lubang pelepasanku, lalu naik lagi, melewati liang
senggamaku yang mulai berdenyut-denyut lemah,
melewati lubang air seni, terus.. naik lebih tinggi,
bertemu telapak tanganku yang lain yang masih
mengusap-usap klitoris-ku. Oh.. betapa nikmat
permainan yang perlahan-lahan dan sepenuhnya
dalam kendaliku ini. Terkadang jauh lebih nikmat
daripada dilakukan orang lain!
Lama-lama, aku tak tahan lagi. Sekaligus dua jari
kumasukkan ke dalam liang kewanitaanku. Aku
memutar-mutar kedua jari itu di dalam, agar
dinding-dinding kewanitaanku mendapat sentuhan-
sentuhan. Mula-mula sentuhan itu cukup ringan
saja. Tetapi lalu aku mulai mengerang, karena geli-
gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan
rasanya ingin digaruk dan diurut di bawah sana.
Terutama di dinding bagian atas, tempat sebuah
bagian yang sangat sensitif, entah bagian apa
namanya. Bagian itu membuat tubuhku mengejang
jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengahku menuju,
mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama
semakin cepat dan keras. Aku bahkan sampai
merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat
posisi dudukku semakin terkangkang.
Pada saat seperti itu, tak ada yang bisa
menghentikanku. Kalau telpon berdering, aku
biarkan. Kalau pun ada yang mengetuk pintu,
barangkali juga akan kudiamkan (tetapi belum
pernah ada tamu pada saat seperti ini!). Mungkin
gempa bumi pun tak kan mampu
mengehentikanku. Tanganku bergerak dengan cepat
dan keras. Mataku terpejam erat, mulutku tak
berhenti mengerang, karena itu aku perlu
mengeraskan volume televisi.
Lalu klimaks akan datang dengan cepat, menyerbu
seluruh tubuhku, berawal dari dalam liang
kewanitaanku, tempat kedua jariku (kadang-kadang
tiga jari) mengaduk-aduk. Tanganku yang lain tak
lagi sanggup berada di atas klitoris, karena pada saat
klimaks aku perlu berpegangan ke sofa, kalau tidak
ingin jatuh bergelimpangan ke lantai. Klimaksku
selalu menggelora, selalu membuatku mengejang
dan menggelinjang hebat. Kedua kakiku akhirnya
terhempas ke lantai, menegang dan menekan
seperti hendak melompat. Tubuhku berguncang.
Nafasku memburu. Kenikmatanku tak mudah
tergambarkan kata-kata.
Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal dan geli
belum hilang. Maka biasanya aku langsung
mematikan TV dan pergi ke kamar tidur. Di ranjang,
aku melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dengan
bantuan bantal guling. Kujepit erat bantal guling
yang terbungkus kain halus dan licin. Kugesek-
gesekan kewanitaanku di sana, sehingga seringkali
bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya.
Setelah menggesek-gesek dengan bantal guling,
kembali kumasukkan jari-jari tanganku. Dengan
cepat jari-jari itu membawaku mencapai klimaks
yang berikutnya, yang seringkali lebih nikmat
daripada yang pertama, apalagi karena kulakukan
sambil tidur, dengan kedua kaki terangkat sampai
kedua lutut menyentuh payudaraku.
Barulah kemudian aku tertidur dengan rasa letih
yang nyaman. Otot-otot tubuhku terasa bagai
sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu
dipijat seorang yang ahli. Nyaman dan damai sekali
tidurku, dengan senyum kepuasan membayang
tipis di bibirku. Biasanya aku baru terbangun di pagi
hari. Sendirian. Tanpa siapa pun di sisiku.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
2/797
U-ON

inc Powered by Xtgem.com